Pages

Subscribe:

Informasi Dan Tekno

Kamis, 26 April 2012

Santri: Menuju Pergulatan Modern

Pengaruh perkembangan zaman membawa dampak dalam segala aspek kehidupan manusia, termasuk perkembangan dunia pendidikan, pengaruh perkembangan tersebut menciptakan multiproblem dan dekadensi moral dalam kehidupan manusia. Salah satu penyebab dari hal ini adalah karena pendidikan sebagai salah satu benteng pertahanan tidak mampu memberikan peran dalam perkembangannya, baik pendidikan agama maupun pendidikan umum. Institusi pendidikan akan lebih disorot perkembangannya karena realitas ini, lahirnya problem solving merupakan salah satu formula tepat dalam meyelesaikan permasalahan yang terjadi akibat dekadensi moral. Peserta didik institusi pendidikan diharapkan menjadi cerminan suksenya lembaga tersebut, artinya lembaga tersebut dinilai sukses melalui perkembangan alumni yang telah diluluskannya, termasuk juga dayah dan santrinya. Santri sebagai alamuni dayah diharapkan oleh masyarakat mampu memberikan penyegaran dan pencerahan dalam kehidupan masyarakat, ini merupakan harapan dari orang tua santri sendiri dan bahkan masyarakat, harapan tersebut dikuatkan dengan istilah meudagang yang diberikan sebagai julukan bagi santri dayah, ini menunjukkan bahwa ada sejumlah harapan yang diharapkan dari santri yang belajar di dayah. Selesai pendidikan mereka hendaknya dapat menghasilkan sesuatu yang bernilai seperti yang dihasilkan oleh orang yang meudagang (pengusaha). Selama ini santri merupakan mahasiswa-nya lembaga pendidikan tradisional dengan berbagai ketertinggalan dan keterbatasan yang dimiliknya, sehingga apabila disebut santri (awak meudagang) akan timbul asumsi bahwa pelajar yang kolot, hanya memiliki kemampuan membaca kita kuning, hidup sederhana, tidak dapat mengikuti perkembangan zaman, dan tidak memiliki masa depan (unlucky), ini realitas yang selama ini berkembang dalam masyarakat. Membuka tabir sejarah yang kadang tertutup oleh penilaian subjektif, bahwa tempo dulu dayah dengan santri telah menyumbang banyak bagi perkembangan masyarakat ini, dan menjadi actor dalam perkembangan kehidupan masyarakat serta mampu menjadi agent of change dalam masyarakat, ini realita yang benar terjadi, bahkan banyak tokoh dari dayah yang telah membuktikan hal ini. Melihat konteks zaman sekarang tentu kita dituntut untuk mampu beradaptasi dengan perkembangan tersebut, serta dituntut untuk mengubah setiap tantangan menjadi peluang. Menguatkan hal ini didukung oleh sebuah kaidah ushul yang sering dengar dan menjadi adagium mereka yang menyuarakan perubahan, yaitu al muhafadhatu ’ala al-qadimi al-shalih (mempertahankan/memelihara hal-hal yang lama adalah baik) wal al-akhzu bil jadid al-ashlah (mengambil sesuatu yang baru adalah adalah lebih baik), analisis dari kaidah ini akan menimbulkan satu analisa yaitu penerimaan terhadap modernisasi (baca: Mujammil Qamar dalam bukunya Pesantren dari Transformasi Metodelogi Menuju Demokratisasi Institusi, Erlangga, 74). Mengambil sesuatu yang baru bukan berarti melupakan sesuatu yang selama ini menjadi tradisi, tetapi akan lebih baik jika kita mengambil sesuatu yang baru itu menjadi tardisi serta tetap mempertahankan tradisi sepenjang relevan dengan perkembangan dan dalam koridor positif, sebagai contoh; sebelum ada sepeda motor tentu sepeda menjadi alat transpor yang selalu digunakan, tetapi ketika sepeda motor ada tentu memilih sepeda motor sebagai alat transpor lebih baik, mempercepat dan mempermudah, tetapi apakah ketika sepeda motor ada sepeda harus disingkirkan? Tentu tidak jawabanya, sepeda motor dipakai dan sepeda setidaknya menjadi alat transpor arternatif jika sepeda motor rusak atau diperbaiki, kita tetap mempertahankan sepeda. konteks dunia modern sekarang ini, santri hendaknya perlu merenspon isu-isu modernisasi dengan mempersiapakan diri dengan berbagai pengatahuan yang relevaan dengan perkembangan zaman modern, sebagai tokoh yang menkritisi perkembangan dari institusi tardisional Nurcholis Madjid menyarakan bahwa semboyan masyarakat madani akan mudah terwujud bila institusi pesantren mudah tanggap atas perkembangan dunia modern, Nurcholis mengakui bahwa santri sebagai sebuah elemen dari pesantren menjadi faktor percepatan terwujudnya masyarakat madani, tentunya mereka harus benar-benar tanggap dengan perkembangan zaman dan mampu bermain di kancah dunia modern. Kontribusi dan gebrakan-gebrakan baru diharapakan muncul dari alumni dayah sebagai kader ulama ke depan dan juga menjadi agent of development dalam masyarakat. Dalam perkembangan keagamaan tentu muncul berbagai permasalah baru yang harus mendapatkan jawaban, dalam perkembangan ilmu fiqih misalnya, muncul berbagai masalah-masalah baru yang muncul dalam masyarakat (masail al-fiqih al-hadisath), dalam hal ini masyarakat mengaharapkan jawabannya, santri sebagai kader ulama diharapkan mampu memberikan jawaban atas permasalahan tersebut, jika tidak, jawaban akan dijawab oleh orang-orang yang tidak berkompeten di bidang tersebut sehingga jawaban mereka tidak sesuai dengan tuntutan agama, dan ini membawa pengaruh dalam perkembangan masyarakat. Menghadapi berbagai masalah yang muncul serta tuntutan eksistensi santri dayah, maka sebuah pertanyaan besar muncul, bagaimana santri dalam kancah modern? Apakah mereka tetap dengan tradisi lama, atau merenspon perkembangan? Penulis berkesimpulan bahwa renspon perlu diberikan terhadap perkembangan zaman dan konteks modern dengan mempersiapkan sumber daya manusia santri yang ilmunya ready for use, baik ilmu agama bahkan ilmu pengetahuan lainnya. Namun mendukung upaya santri meretas jalan tersebut tentunya setiap pihak harus mendukung, tinggalkan tradisi diskriminasi terhadap dayah. Yakinlah masyarakat akan sadar bersyariat seiring dengan kemampuan kita memajukan dayah dalam memantapkan pengetahuan masyarakat serta meningkatkan kesadaran untuk hidup di bawah naungan syariat Islam. By:http://edukasi.kompasiana.com/2010/05/10/santri-menuju-pergulatan-modern/

0 komentar

Posting Komentar

Komentar Anda Adalah Suatu Proses Awal Perubahan Bagi Kami....